Erupsi Gunung Merapi yang berada di dua propinsi yaitu Propinsi Jateng dan Yogyakarta pada akhir 2010 lalu, menyisakan dan meninggalkan banyak cerita dan sejarah. Mulai dari wafatnya sang juru kunci Mbah Maridjan, munculnya penampakan Mbah Petruk sampai ditutup dengan banjir lahar dingin yang menerjang dan merusak banyak infrastruktur.
Demikian juga dengan menggeliatnya kembali aktifitas Gunung Slamet. Diawal aktifitasnya akhir-akhir ini selain sering terjadinya hembusan, dentuman bahkan lontaran lava pijar mengakibatkan terbakarnya hutan savana di sekitar kawasan puncak gunung yang berada di lima kabupaten di Jawa Tengah. Termasuk munculnya fenomena penampakan awan berbentuk seekor binatang bebek yang sering disebut warga sekitar dengan sebutan 'Romo Bebek'.
Selain berbagai macam fenomena itu, Subarno seorang paranormal di Jawa Tengah yang biasa dipanggil Kyai Bolong di komunitasnya ini, meramalkan bahwa jika Gunung Slamet meletus, maka akan terjadi fenomena menarik di bidang perpolitikan negeri ini. Khususnya paska pemilihan presiden (Pilpres) 2014 yang digelar tepatnya pada 9 Agustus 2014 lalu.
"Jika Kyai Slamet meletus, akan ada seorang pemimpin atau 'Satrio Wirang'.
Kemudian akan ada seorang satria yang kelimpungan atau satrio wirang karena kehilangan pengikutnya," ungkapnya kepada merdeka.com, Jawa Tengah, Kamis (11/9).
Satrio Wirang berarti atau bermakna seorang pemimpin yang telah bertarung dalam medan peperangan kemudian kalah. Selain kalah, Satrio Wirang ini nanti tetap tidak terima dengan kekalahannya. Kemudian mengajak ke pengikutnya untuk menjegal pemimpin sang pemenang dalam peperangan tadi.
"Wes kalah, ngeyel nek menang. Kemudian dia (Satrio Wirang) ini dalam posisi kekalahannya tetap merecoki pemimpin terpilih dan menang. Kemudian satu persatu para prajuritnya yang ikut dalam peperangannya yang menghasilkan kekalahannya itu akan meninggalkan Satrio Wirang ini," ungkapnya.
Selain munculnya Satrio Wirang, juga akan muncul para pejabat-pejabat yang tidak tahu malu. Meski di mata rakyatnya salah, pejabat yang merupakan wakil rakyat itu merasa langkah dan keputusannya benar meski sikap dan keputusan yang mereka ambil sesungguhnya salah.
"Jika memang Kyai Slamet benar-benar meletus maka akan ada banyak pejabat yang 'ora tiyeng' (pintar merasa bodoh atau pura-pura tidak tahu kebenaran) alias dibutakan kebenaran di negara ini," ucapnya.
Kemudian, pendekar atau satria yang melawan Satrio Wirang yang memenangkan pertarungan ini dalam tokoh sejarah pewayangan maupun kerajaan dianggap sebagai Raden Brawijaya. Lalu akan muncul empat sosok satria yang lainya yang menemani Brawijaya ini untuk membangun negara Indonesia dalam kemajuan dan pembangunanya.
"Orang-orang buruk, sesat, korup dan kotor satu persatu akan jatuh!" tuturnya.
Munculnya Satrio Wirang dan sosok pemimpin layaknya Brawijaya ini disusul kemunculan empat pemimpin yang mendampingi Brawijaya dalam memimpin dan membangun negeri ini. Sehingga, negara Indonesia ini ke depan, akan lebih maju dan menjadi negara ibarat negara dalam lakon pewayangan berjudul 'Parikesit'.
"Empat tokoh yang menemani identik dengan tokoh yang membela kebenaran, berani, vokal! Suka memperjuangkan kepentingan rakyat dan dua di antara empat orang ini adalah orang berketurunan WNI yaitu (maaf) keturunan China atau Tionghoa. Salah satu di antaranya tokoh China ini sudah dianggap mati atau menghilang, murco atau moksa dalam bahasa jawa atau bahasa ghaibnya," pungkasnya.
Demikian juga dengan menggeliatnya kembali aktifitas Gunung Slamet. Diawal aktifitasnya akhir-akhir ini selain sering terjadinya hembusan, dentuman bahkan lontaran lava pijar mengakibatkan terbakarnya hutan savana di sekitar kawasan puncak gunung yang berada di lima kabupaten di Jawa Tengah. Termasuk munculnya fenomena penampakan awan berbentuk seekor binatang bebek yang sering disebut warga sekitar dengan sebutan 'Romo Bebek'.
Selain berbagai macam fenomena itu, Subarno seorang paranormal di Jawa Tengah yang biasa dipanggil Kyai Bolong di komunitasnya ini, meramalkan bahwa jika Gunung Slamet meletus, maka akan terjadi fenomena menarik di bidang perpolitikan negeri ini. Khususnya paska pemilihan presiden (Pilpres) 2014 yang digelar tepatnya pada 9 Agustus 2014 lalu.
"Jika Kyai Slamet meletus, akan ada seorang pemimpin atau 'Satrio Wirang'.
Kemudian akan ada seorang satria yang kelimpungan atau satrio wirang karena kehilangan pengikutnya," ungkapnya kepada merdeka.com, Jawa Tengah, Kamis (11/9).
Satrio Wirang berarti atau bermakna seorang pemimpin yang telah bertarung dalam medan peperangan kemudian kalah. Selain kalah, Satrio Wirang ini nanti tetap tidak terima dengan kekalahannya. Kemudian mengajak ke pengikutnya untuk menjegal pemimpin sang pemenang dalam peperangan tadi.
"Wes kalah, ngeyel nek menang. Kemudian dia (Satrio Wirang) ini dalam posisi kekalahannya tetap merecoki pemimpin terpilih dan menang. Kemudian satu persatu para prajuritnya yang ikut dalam peperangannya yang menghasilkan kekalahannya itu akan meninggalkan Satrio Wirang ini," ungkapnya.
Selain munculnya Satrio Wirang, juga akan muncul para pejabat-pejabat yang tidak tahu malu. Meski di mata rakyatnya salah, pejabat yang merupakan wakil rakyat itu merasa langkah dan keputusannya benar meski sikap dan keputusan yang mereka ambil sesungguhnya salah.
"Jika memang Kyai Slamet benar-benar meletus maka akan ada banyak pejabat yang 'ora tiyeng' (pintar merasa bodoh atau pura-pura tidak tahu kebenaran) alias dibutakan kebenaran di negara ini," ucapnya.
Kemudian, pendekar atau satria yang melawan Satrio Wirang yang memenangkan pertarungan ini dalam tokoh sejarah pewayangan maupun kerajaan dianggap sebagai Raden Brawijaya. Lalu akan muncul empat sosok satria yang lainya yang menemani Brawijaya ini untuk membangun negara Indonesia dalam kemajuan dan pembangunanya.
"Orang-orang buruk, sesat, korup dan kotor satu persatu akan jatuh!" tuturnya.
Munculnya Satrio Wirang dan sosok pemimpin layaknya Brawijaya ini disusul kemunculan empat pemimpin yang mendampingi Brawijaya dalam memimpin dan membangun negeri ini. Sehingga, negara Indonesia ini ke depan, akan lebih maju dan menjadi negara ibarat negara dalam lakon pewayangan berjudul 'Parikesit'.
"Empat tokoh yang menemani identik dengan tokoh yang membela kebenaran, berani, vokal! Suka memperjuangkan kepentingan rakyat dan dua di antara empat orang ini adalah orang berketurunan WNI yaitu (maaf) keturunan China atau Tionghoa. Salah satu di antaranya tokoh China ini sudah dianggap mati atau menghilang, murco atau moksa dalam bahasa jawa atau bahasa ghaibnya," pungkasnya.